AsiaButterflyTraveler.com- Tidak pernah terpikir oleh aku untuk liburan seorang
diri ke Bandung dan ke beberapa spot wisata yang terkenal jauh dari satu tempat
ke tempat lain. Meskipun waktu backpackeran ke Bandung; aku belum pernah
menikmati menginap di tempat yang berkelas seperti hotel GH Universal Bandung yang
di ulas secara ciamik oleh sista Steffi di blognya. Sedangkan aku menginap di
homestay untuk menghemat biaya pengeluaran penginapan. Ini adalah kisah
pertualangan aku ke Tangkuban Perahu, Bandung, Indonesia.
Ingat, setiap orang memiliki
kisahnya berbeda. Jangan disamakan atau dibandingkan dengan kisah hidup
pertualangan kamu sewaktu di Bandung. Alkisahnya di mulai, ketika itu memasuki
musim penghujan di Jawa; setidaknya cuaca tidak bisa di prediksi di Bulan
Desember. Aku yang nekad berpetualangan seorang diri, dan bahkan kala itu
informasi mengenai desitinasi wisata dan bahkan how to get there sangat minim
sekali informasi. Bahkan, beberapa orang mengulasnya secara gamblang alias
tidak lengkap dan tidak sepenuhnya benar.
Ya, mau dikatakan apa. Mungkin
kala itu, informasi full story terasa mahal. Nah, kalau sekarang orang
berbondong-bondong menuliskan secara lengkap dan bahkan rinci. Mungkin satu
artikel bisa lebih dari dua ribu kata agar pembaca bisa mendapatkan pelbagai
informasi lengkap tanpa harus hunting ke website lain. Perubahan dinamika
perbloggian bisa dikatakan menarik. Alright, back to topic mengenai kisah
pertualangan aku ke Tangkuban Perahu.
Kala itu, cuaca Bandung sedang sedikit
mendung tetapi aku sudah bertekad melakukan itinerary yang sudah aku buat
sebelum menginjakan kaki ke kota Bandung. Hari pertama, aku sempat menginap di
Jalan Braga, di sebuah penginapan untuk backpacker kalau tidak salah namanya Chez
Bon hostel. Aku sengaja memilih nginap di situ lantaran ingin menghemat biaya
ongkos transportasi untuk explore lokasi di seputaran Jalan Braga.
Nah, hari berikutnya sampai seterusnya
aku menginap di homestay yang lokasinya berjarak 2 kilometer dari terminal stasiun
hall. Niatan memang, biar lebih mudah untuk mendapatkan angkutan kota untuk ke
destinasi wisata yang ada di Bandung. Nah, pembahasan kali ini special mengenai
Tangkuban Perahu aja ya. Selebihnya bisa di baca di blog jejakcantik yang
khusus menuliskan seribu kisah pertualangan yang kualami lebih dalam lagi.
Pagi-pagi usai sarapan yang disiapkan
oleh petugas homestay yang di letakan di depan pintu. Aku pun langsung bersiap untuk pergi ke
Tangkuban Perahu berbekal informasi sedikit yang ku dapat dari internet. Di
tahun 2014 itu, ketika browsing hanya mendapatkan clue seperti ini dari terminal
stasiun hall cari jurusan Lembang, turun di Cikole naik angkut di sana untuk
menuju gerbang tangkuban perahu.
Berbekal informasi itu, aku
pun berjalan kaki menuju terminal ST. Hall yang tidak jauh dari stasiun. Wow, lokasi
ini benar-benar penuh dengan bus kota. Aku pun sempat bingung mencari angkot
jurusan yang ku mau. Pada akhirnya, aku pun berhasil mendapatkan angkut St Hall
ke Lembang. Ini perjalanan pertama naik angkot ke lokasi destinasi wisata yang
membuat aku was-was. Apalagi jarak tempuhnya lumayan jauh. Kalau tidak salah
ingat, aku bayar Rp15,000 dari st hall ke persimpangan Cikole.
Nah, di sinilah aku kena scam
dengan supir angkutan Cikole ini. Aku tahu berdasarkan petugas penginapan
tempat aku menginap kalau angkutan ini rutenya sampai sebatas gerbang Tangkuban
Perahu. Nah, aku naik dan menanti dengan sabar; kemudian ada satu lagi
penumpang yang ikutan naik. Angkut bergerak tanpa mengangkat penumpang lain. Di
sini, aku sudah mulai curiga. Padahal, beberapa orang menghentikan ini angkut,
tetapi dia tidak menarik calon penumpang tersebut.
Hingga pada akhirnya, si mas-mas penumpang kedua ini turun dari
angkut di tempat perkemahan. Si supir meminta biaya 50,000. Nah, di sini aku
semakin merasa kuatir. Waduh, ntar dikenakan berapa biaya ku sampai ke gerbang
tangkuban perahu. Akhirnya, aku ikut turun dan menyerahkan duit berwarna biru
itu kepada si supir. Terus, sempat adu debat dengan mereka (mereka bertiga booo….).
Katanya mau ke tangkuban perahu, kata si kernet. Ya, tapi aku mau cari makan
dulu di restauran di sana kata aku mengelak.
Nggak bisa, harus tetap NAIK
kata mereka! Lha, sepertinya mereka (para beberapa supir) beranggapan kalau mau
ke Tangkuban Perahu itu memang di bawa ke sana dengan biaya yang mahal.
Padahal, penumpang yang menggunakan angkot itu hanya minta di bawa sampai
gerbang. Apakah ini miscommunication atau memang ada niatan untuk menjebak para
wisatawasan domestic. Entahlah, pasalnya kasus ini sering terjadi oleh beberapa
orang yang berurusan dengan supir cikole. Pengalaman ini aku ceritakan kepada
supir angkut berikutnya dan mengatakan memang supir angkut jurusan cikole
selalu membuat onar. So, ini bukan yang pertama di alami wisatawan lokal.
Entah, firasat yang bagus
turun di tempat wisata perkemahan atau salah! Sampai di sana, aku bingung
apakah jarak tempuh masih jauh. Mana angkutan jarang ada. Eh, short story,
akhirnya aku bisa mencapai gerbang tangkuban perahu. Ini pengalaman pertama
yang benar-benar membuat aku, perempuan seorang diri solo traveling sempat
merasa was-was. Bayangkan saja hutan sana-sini, dan ku seorang diri saja hahaha.
Tiada yang menami aku.
Finally Travel to Tangkuban Perahu
Niatnya mau jalan kaki menuju
tangkuban perahu, di mana dari gerbang menunju lokasi wisata itu membutuhkan
kekuatan dan energy ekstra. Pasalnya itu jarak sekitar 5 kilo meter. Waduh,
mana ku sanggup! Niat, coba di niatkan saja pasti bisa. Eh, baru berjalan
beberapa langkah. Ada beberapa orang yang menawarkan ojek ke sana dengan beragam
biaya. Namun, aku tolak. Pada akhirnya, aku terima karena ada satu ojek yang
ngeyel dan penuh semangat menawarkan jasanya.
Ya, aku bilang kalau aku mau
ke kawah yang bisa rebus telur dan bla bla bla. Dia bilang ok dengan biaya
200,000 hingga turun kembali. Namun, pada kenyataannya dia tidak membawa ke
tempat wisata yang aku inginkan itu. Duh, lagi-lagi kena scam dah perasaan aku.
Terus, aku juga merasa tidak nyaman karena diikuti ke sana kemari olehnya.
Bahkan, aku mau ke ujung kawah sana saja di larang. Beneran tidak puas deh! Dibalik itu juga ada keuntungan tersendiri, aku jadi punya "photographer" pribadi hahaha.
Next, masih ingin kembali dan
menyelesaikan pertualangan yang tertunda. Why you should go to Tangkuban Perahu?
Ini dia alasan kenapa kamu dan
aku wajib berkunjung ke sini ketika liburan ke kota kembang alias Bandung. Gunung
Tangkuban Perahu merupakan gunung yang memiliki ketinggian sekitar 2.084
m. Dimana bentuk gunung ini merupakan
bentuk Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Ada
banyak sekali kawah yang menarik untuk di lihat.
Perpaduan pemandangan kawah
gunung dan udara dingin merupakan perpaduan sempurna untuk pecinta
pertualangan. Apalagi kawah Tangkuban Perahu ini sangat banyak, no worry meskipun
liburan bersama anak. Disepanjang kawah dipasang pagar kayu yang berfungsi
selain untuk menunjukkan arah, juga untuk keamanan dari para pengunjung. Nah, seru banget kan berkunjung ke Tangkuban
Perahu yang ada di Bandung? Only in this place you can see the different
mountain in Indonesia hahaha. I guess!
Be traveler as the way you are
XOXO
Visit my storycitra, kitabahagia, jejak cantik, petunjukhidup, ngerumpi blog
ya ampun sista ku salut banget deh.. sista berani solo traveler palagi sampe kana scam gitu.. klo aku udah mengkeret duluan klo solo traveling hihi..
ReplyDeleteAaak jadi inget ke sini bareng teman-teman kuliah. Makan mie dan beli strawberry juga. Pemandangan yang indah, suasana yang sejuk, bareng teman-teman pula.
ReplyDeleteWah udah lama gak ke Tangkuban Parahu ini, dulu ikut study tour ama teman2 kuliah ke sini. Btw keren ya Sista Citra bs ber-solo travel ke Bandung
ReplyDeleteYa ampun, baca tulisan kak citra bikin aku flashback. Bener juga ya, tahun 2014 itu emang belum banyak artikel yang bahas tuntas mengenai rute wisata. Terus keingetan lagi pas ke jogja pun daku kena scam yang pada akhirnya bikin boncos pengeluaran liburan
ReplyDeleteJalan-jalannya 2014 ya mba. Wah detail banget ceritanya masih diingat. Hehehe. Memang harus pandai pandai dan galak kalo di Bandung. Meski pun banyak yg ramah, tetep weh banyak yg culas. Huhuhu. Nice story mba.
ReplyDeleteWah nanti kalo aku ada langkah ke Tangkuban perahu aku gak mau naik Cikole deh kak Citra. Informasi berharga ini ya .
ReplyDeleteMemang share pengalaman begini sangat dibutuhkan oleh traveler lain ya kak .
Kena scam di negara sendiri pasti super nyesek ya kak citra. Berharap ada jasa ojol sudah sampai kesana sekarang ya kak jadi nggak was-was. Thats why aku takut solo traveling wkwkwk. Semoga someday bisa kesini, keren banget soalnya
ReplyDeleteKalau baca nama Takuban Perahu, jadi ingat kisah legenda atau cerita rakyatnya. Btw, Tangkuban Perahu itu gunung berapa aktif berarti ya Mbak?
ReplyDeletekangeen banget mau ke tangkuban perahu juga hehe. terakhir zaman kuliah kalau gak salah tuh bareng teman-temen kuliah. jadi kangen mau ke sini lagi, hihi.
ReplyDeleteBeberapa kali ke Bandung, tapi selalu kelewat gak ke Tangkuban Perahu. Padahal kan salah satu ikonnya yess. Tapi kalo travelling banyakan ke lembang atau daerah kota
ReplyDeleteAku pernah kesana sekali. Sayangnya photo-photo gak ada yang bisa dibuka. Masuk laptop lama. Laptopnya mati.
ReplyDeleteKak Citra berani banget ya jalan-jalan sensiri gitu, ampek dimerjai supir angkot segala. Seremm.
Ya ampun, pengalaman transportasi yang tidak menyenangkan, Kak. Sebagai orang Bandung, saya jadi ga enak dengan pemalakan itu. Syukurlah Kak Citra masih menikmati Tangkuban Parahu setelah insiden angkot & biaya motor yg mahal. Salut dengan keberanian dan eady goingnya, Kak 😄
ReplyDeletesedih ya kalau ada oknum yang memanfaatkan wisatawan untuk kepentingan pribadi
ReplyDeletepadahal kalau sama-sama nyaman bakal meningkat penghasilan mereka
aku pernah ke sana tapi rombogan dengan teman-teman, tapi kalo ke sana sendiri aku jadi takut setelah baca ini, takut kena scam juga.
ReplyDelete